ZERO
WASTE IS POSSIBLE
(Sebuah
langkah kecil SMAN 1 Babakan Kab. Cirebon dalam mendukung kelestarian
lingkungan)
A.
Latar Belakang
Gaya hidup modern
mendorong manusia untuk terus menerus membutuhkan banyak barang. Kita nggak
sadar kalau membeli barang sama saja menghasilkan sampah, apalagi barang sekali
pakai. Aktivitas manusia semakin beragam setiap harinya, dan semakin banyak
pula barang dan produk yang dibeli sehingga sampah yang dihasilkan sudah
melebihi dari kemampuan alam untuk menyerapnya. Kita
lupa bahwa lautan dan sungai sudah tercemar, serta miliaran ton tumpukan sampah
yang dihasilkan manusia tidak bisa terurai atau didaur ulang. Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sudah meluap dan tidak lagi bisa menampung timbunan
sampah. Studi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa hanya 7% sampah di Indonesia
yang dapat dikompos dan didaur ulang, dan 69% produksi sampah hanya ditimbun di
TPA dan produksi sampah harian bisa mencapai ratusan ribu ton.
Saat ini masyarakat dunia sedang hidup dalam ekonomi
linear, dimana sumber daya alam diambil untuk dikelola menjadi produk, dan
limbahnya tidak didaur ulang atau digunakan kembali. Ekonomi linear juga
berdampak besar Indonesia telah mengalami urbanisasi dan pembangunan ekonomi
yang berhasil mengangkat jutaan orang dari kemiskinan. Daya beli dan pola
konsumsi meningkat, tingkat produksi setiap tahunnya bertambah karena
permintaan pasar, sehingga berdampak kepada kualitas udara, kesehatan manusia
dan jumlah produksi sampah yang dihasilkan.
Konsep ekonomi linear adalah "Ambil - Pakai - Buang" yang berdampak buruk untuk lingkungan
Riset dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) menyimpulkan bahwa produksi sampah nasional di Indonesia mencapai
175.000 ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah
sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia
menghasilkan sampah sebanyak 64juta ton! Indonesia termasuk ke dalam 10 negara
dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Banyaknya penduduk yang tinggal di
sebuah negara tentunya akan menumpulkan sejumlah persoalan, diantaranya adalah
produksi sampah dan pengolahannya. Oleh karena itu, zero waste sangat
dibutuhkan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan sampah.
Dalam lingkup kecil di
sekolah kami SMAN 1 Babakan Kab. Cirebon volume sampah yang dihasilkan setiap
harinya mencapai 8-10 tempat sampah dorong (Krisbow Besar). Biasanya yang kami
lakukan pada sampah-sampah tersebut adalah dengan menimbun di TPS di sekolah
kami lalu membakarnya. Hal tersebut tidaklah efektif bahkan menimbulkan problem
lain yaitu polusi akibat pembakaran sampah tersebut. Masalah akibat menimbun
sampa terutama sampah plastik adalah sampah plastik membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat terurai. Mengingat masalah kebersihan adalah tanggung jawab seluruh
warga sekolah maka perlu ada upaya terstruktur untuk menerapkan budaya positif
untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekolah.
Oleh karena itu kami
pada tahun 2020 awal telah melakukan sebuah langkah kecil dalam upaya menjaga
kelestarian lingkungan di sekolah kami. Langkah kecil itu kami sebut dengan
istilah Zero Waste. Bukan sebuah istilah baru, tapi mungkin program tersebut
baru pertama kali dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan di wilayah kami.
Bahwa penanaman budaya positif harus dilakukan terus menerus maka di awal tahun
ajaran 2021/2022 ini kami akan meneruskan program yang sempat terhenti dikarenakan
pandemi.
B.
Tujuan
Tujuan dari program ini adalah:
1. Terciptanya peserta didik yang
menghargai lingkungan yang sehat dengan menerapkan budaya bersih dan bebas dari
sampah plastik.
2. Berkurangnya
volume sampah terutama sampah plastik sekali pakai di sekolah
3. Tumbuhnya
kepedulian terhadap lingkungan
C.
Deskripsi Program
1.
Pengertian
Zero Waste
Zero waste atau bebas
sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali
pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah.
Istilah lainnya adalah suatu upaya konservasi sumber daya yang
melibatkan produksi, konsumsi, penggunaan kembali, dan pemulihan produk hingga
kemasannya. Sederhananya, zero waste adalah suatu gerakan untuk tidak
menghasilkan sampah dengan cara mengurangi kebutuhan, menggunakan kembali,
mendaur ulang, bahkan membuat kompos sendir Tujuannya
adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan melestarikan
alam.
2.
Manfaat Zero Waste
a. Minim sampah
Karena tujuan utama zero waste adalah
mengurangi dan mengeliminasi sampah, tentunya manfaat utama yang paling
dirasakan adalah produksi sampah menjadi berkurang.
b. Kamu jadi sehat
Menerapkan gaya hidup zero waste akan
membuat kamu jadi lebih sehat. Kamu tidak lagi mengonsumsi makanan instant
dalam kemasan dan beralih ke makanan non kemasan seperti sayuran dan buah. Kamu
akan lebih memprioritaskan makanan yang kamu konsumsi dan tidak membeli jajanan
makanan ringan dalam kemasan yang tidak perlu.
c. Hemat
Karena kamu tidak lagi mengonsumsi makanan instant
dalam kemasan yang menghasilkan sampah plastik, kamu akan beralih ke belanja
sayuran dan buah di pasar. Gaya belanja kamu akan lebih banyak perhitungan
karena sebisa mungkin kamu akan membeli makanan tanpa kemasan, yang lebih
banyak didapatkan di pasar tradisional dengan harga yang murah.
3.
Metode Zero Waste
Zero
waste sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dijalani. Sebagai permulaan, kita
dapat memulainya dari rumah. Contohnya, ketika membersihkan dapur, kita dapat
memakai kain sebagai alat bersih-bersih daripada tisu. Dengan demikian, kita
sudah mengurangi sampah tisu. Kemudian, ketika berbelanja usahakanlah
berbelanja di toko yang berada di sekitar rumah daripada di supermarket besar.
Gunakanlah tas belanja yang dibawa sendiri dari rumah ketika berbelanja. Selain
menyokong ekonomi lokal, kita juga mengurangi pemakaian plastik yang berbahaya
bagi alam. Untuk memaksimalkan hidup yang bebas limbah, SMAN 1 Babakan menerapkan
metode zero waste yang terdiri dari 5R, yaitu:
a. Refuse (menolak)
Menolak penggunaan
sampah plastik sekali pakai yang sering digunakan oleh kalangan siswa, yaitu:
plastik es, sedotan, dan tempat makan berbahan sterofoam.
b. Reduce (mengurangi)
Mengurangi pemakaian
sampah plastik atau menahan membeli makanan/minuman yang memakai kemasan plastik.
c. Reuse (menggunakan kembali)
Menggunakan kembali
tempat makan/minum berbahan plastik berupa botol tumbler atau tepak makan, serta
membawa alat makan berupa sendok dan sedotan berbahan stainlessteel pribadi.
d. Recycle (mendaur ulang)
Mendaur ulang sampah plastik
yang terpakai seperti botol minuman mineral dan kemasan makanan dengan membuat
ecobrick. Setiap siswa mempunyai ecobrick masing2 yang dibuat dari sampah
plastik yang ia gunakan. Ada penghargaan setiap bulannya bagi siswa yang paling
sedikit memakai sampah plastik dari ecobrick yang mereka kumpulkan. Ecobrick
yang sudah penuh digunakan untuk menghias taman di depan kelas masing2.
e.
Rot (membusukkan
sampah)
Membusukkan sampah organik dengan
membuat biopori di berbagai tempat di lingkungan sekolah.
4.
Proses Pembudayaan di Sekolah
a.
Dimulai dengan meminta arahan kepada kepala sekolah
perihal program yang akan diterapkan.
b.
Berkonsolidasi dengan rekan sejawat untuk mendukung dan
berkontribusi dalam kegiatan.
c.
Memberi pemahaman kepada peserta didik akan pentingnya
lingkungan yang sehat serta bebas sampah plastik serta dampaknya bagi
lingkungan global.
d.
Bermusyawarah dengan penjaga kantin sekolah tentang
strategi dalam penerapan program.
e.
Memasang spanduk atau poster tentang budaya lingkungan
yang sehat dan bersih.
f.
Menggerakkan organisasi untuk menjadi pionir program dan
pengawasan.
5.
Panduan Penanaman Budaya Positif
a.
Diajarkan
Siswa diajarkan tentang
pola hidup bersih dan sehat, serta bagaimana menjaga lingkungan yang bersih dan
sehat, diajarkan pula dampak jika melakukan perilaku yang kotor, diajarkan pula
untuk mengambil bagian dari pelestarian lingkungan global dimulai dari diri
sendiri, teman, keluarga dan terakhir bisa menggerakkan masyarakat.
b.
Dibiasakan
Siswa dibiasakan untuk
melakukan pola hidup bersih, membuang sampah ke tempatnya, mengambil sampah
yang ditemui, membawa botol minum dan perlengkapan makan sendiri.
c.
Dilatih
Konsisten
Mengarahkan jika belum dikerjakan, ditegur
dan dinasehati jika melakukan pelanggaran, diberi apresiasi jika sudah
melakukan sesuai program.
d.
Menjadi Terbiasa
Muncul sebagai kebiasaan yang tanpa
disadari dilakukan secara otomatisasi
e.
Menjadi Karakter
Timbul karakter cinta
kebersihan, karakter menjaga lingkungan, dan rasa tidak nyaman jika lingkungan
kotor/sampah berserakan.
f.
Menjadi Budaya
Terciptanya komunitas
di sekolah yang berbudaya hidup bersih dan cinta lingkungan. Grandesainnya adalah
bisa menularkan karakter budaya positif kepada keluarga dan masyarakat.
D.
Indeks Keberhasilan Program
Indeks keberhasilan program ini adalah:
1.
Berkurangnya
volume sampah.
Berdasar hasil
pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas kebersihan volume sampah umum
berkurang secara drastis dari yang sebelumnya mencapai 8-10 tempat sampah besar
menjadi berkurang setengahnya 4-5 tempat sampah besar (Krisbow Dorong)
2.
Berkurangnya
pemakaian sampah plastik sekali pakai
Berdasar hasil
pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas kebersihan jenis sampah
sebelum peaksanaan program didominasi plastik sekali pakai, tetapi setelah
pelaksanaan program jenis sampah terbanyak adalah jenis daun-daunan dan kertas
yang mudah terurai.
3. Muncul
kepedulian terhadap lingkungan
Berdasar hasil pengamatan langsung dan
survey yang dilakukan kepada seluruh warga sekolah terdapat peningkatan rasa
kepedulian terhadap lingkungan ditandai dengan membuang sampah pada tempatnya,
memilah sampah berdasar jenisnya, memungut sampah yang dijumpai di sekitarnya,
mengumpulkan sampah plastik dijadikan ecobrick, serta memanfaatkan ecobrick
menjadi barang yang tepat guna.
E.
Evaluasi Program
Dari pelaksanaan
program yang sempat berjalan pada awal tahun 2020 terdapat beberapa hal yang
perlu diperbaiki pada masa yang akan datang yaitu:
1.
Masih ada
beberapa murid yang jajan diluar kantin sekolah dengan memakai plastik sekali
pakai sehingga program ini masih terkesan dijalankan di dalam sekolah saja belum
menjadi kebiasaan diri, menjadi karakter lalu menjadi budaya.
2.
Terdapat keluhan
dari penjaga kantin perihal beberapa anak yang ingin menambah air minum yang
dibeli dikarenakan botol tumbler yang mereka bawa berukuran besar, sehingga air
isi ulang kantin lebih cepat habis yang pada akhirnya menambah pengeluaran.
F.
Rencana Tindak Lanjut
Dari evaluasi program di atas, maka rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah:
1.
Menanamkan
kesadaran kepada peserta didik bahwa menjaga lingkungan itu kewajiban kita
semua, dan meminimalisir penggunaan sampah plastik sekali pakai adalah cara
yang efektif dalam menjaga lingkungan global.
2.
Memberikan
pengertian kepada peserta didik untuk membeli minuman sesuai takaran yang ada.
G.
Penutup
Tidak sedikit yang pesimis dan sarkastik dengan
istilah nol sampah dan menganggap bahwa itu tidak mungkin dilakukan. Mana
mungkin manusia hidup di zaman modern seperti ini tidak menghasilkan sampah?
Tidak mudah untuk mengaplikasikan gaya hidup nol sampah di tengah infrastruktur
dan masyarakat yang belum mendukung. Masih banyak kita temukan makanan dan
minuman dengan plastik di pasar atau supermarket.
Perlu kamu ketahui bahwa gaya hidup zero waste bukan
berarti mengkriminalkan barang-barang plastik, barang sekali pakai dan
sejenisnya. Konsep zero waste lebih kepada pengendalian diri kita untuk tidak
lagi konsumtif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kita menjadi lebih
sadar terhadap apa yang kita beli dan konsumsi, dan bagaimana dampaknya
terhadap lingkungan.
Karena zero waste adalah gaya hidup,
tentunya butuh proses untuk menjalaninya. Lakukan perlahan, tapi pasti dan
konsisten. Hal yang bisa kamu lakukan di awal adalah perbanyak literasi, update dengan
informasi terkait kondisi lingkungan kita. Kesadaran terhadap dampak untuk
lingkungan yang akan didapat dengan kita mengaplikasikan gaya hidup zero
waste di kehidupan sehari-hari akan menjadi motivasi untuk menerapkan
gaya hidup bebas sampah ini.
Penanaman budaya positif di sekolah memang tidaklah
mudah, dibutuhkan komitmen dari setiap warga sekolah untuk bersama-sama
mencapai tujuan yang diinginkan. Dukungan dari pimpinan sekolah, rekan guru dan
orang tua siswa sangatlah dibutuhkan guna memberikan tenaga tambahan bagi guru
dan siswa guna mewujudkan impian bersama.
H.
Dokumentasi Program
1. Koordinasi dengan Pimpinan Sekolah
2.
Sosialisasi dengan rekan guru
3.
Sosialisasi dengan penjaga kantin sekolah
4. Sosialisasi dengan siswa
10. Video deklarasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar