Sabtu, 03 Juli 2021

 

ZERO WASTE IS POSSIBLE

(Sebuah langkah kecil SMAN 1 Babakan Kab. Cirebon dalam mendukung kelestarian lingkungan)

 

A.    Latar Belakang

Gaya hidup modern mendorong manusia untuk terus menerus membutuhkan banyak barang. Kita nggak sadar kalau membeli barang sama saja menghasilkan sampah, apalagi barang sekali pakai. Aktivitas manusia semakin beragam setiap harinya, dan semakin banyak pula barang dan produk yang dibeli sehingga sampah yang dihasilkan sudah melebihi dari kemampuan alam untuk menyerapnya. Kita lupa bahwa lautan dan sungai sudah tercemar, serta miliaran ton tumpukan sampah yang dihasilkan manusia tidak bisa terurai atau didaur ulang. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah meluap dan tidak lagi bisa menampung timbunan sampah. Studi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa hanya 7% sampah di Indonesia yang dapat dikompos dan didaur ulang, dan 69% produksi sampah hanya ditimbun di TPA dan produksi sampah harian bisa mencapai ratusan ribu ton.

Saat ini masyarakat dunia sedang hidup dalam ekonomi linear, dimana sumber daya alam diambil untuk dikelola menjadi produk, dan limbahnya tidak didaur ulang atau digunakan kembali. Ekonomi linear juga berdampak besar Indonesia telah mengalami urbanisasi dan pembangunan ekonomi yang berhasil mengangkat jutaan orang dari kemiskinan. Daya beli dan pola konsumsi meningkat, tingkat produksi setiap tahunnya bertambah karena permintaan pasar, sehingga berdampak kepada kualitas udara, kesehatan manusia dan jumlah produksi sampah yang dihasilkan.

 Konsep ekonomi linear adalah "Ambil - Pakai - Buang" yang berdampak buruk untuk lingkungan

 

Riset dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyimpulkan bahwa produksi sampah nasional di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64juta ton! Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Banyaknya penduduk yang tinggal di sebuah negara tentunya akan menumpulkan sejumlah persoalan, diantaranya adalah produksi sampah dan pengolahannya. Oleh karena itu, zero waste sangat dibutuhkan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan sampah.

Dalam lingkup kecil di sekolah kami SMAN 1 Babakan Kab. Cirebon volume sampah yang dihasilkan setiap harinya mencapai 8-10 tempat sampah dorong (Krisbow Besar). Biasanya yang kami lakukan pada sampah-sampah tersebut adalah dengan menimbun di TPS di sekolah kami lalu membakarnya. Hal tersebut tidaklah efektif bahkan menimbulkan problem lain yaitu polusi akibat pembakaran sampah tersebut. Masalah akibat menimbun sampa terutama sampah plastik adalah sampah plastik membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai. Mengingat masalah kebersihan adalah tanggung jawab seluruh warga sekolah maka perlu ada upaya terstruktur untuk menerapkan budaya positif untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekolah.

Oleh karena itu kami pada tahun 2020 awal telah melakukan sebuah langkah kecil dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan di sekolah kami. Langkah kecil itu kami sebut dengan istilah Zero Waste. Bukan sebuah istilah baru, tapi mungkin program tersebut baru pertama kali dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan di wilayah kami. Bahwa penanaman budaya positif harus dilakukan terus menerus maka di awal tahun ajaran 2021/2022 ini kami akan meneruskan program yang sempat terhenti dikarenakan pandemi.

 

B.     Tujuan

Tujuan dari program ini adalah:

1.      Terciptanya peserta didik yang menghargai lingkungan yang sehat dengan menerapkan budaya bersih dan bebas dari sampah plastik.

2.      Berkurangnya volume sampah terutama sampah plastik sekali pakai di sekolah

3.      Tumbuhnya kepedulian terhadap lingkungan

 

C.    Deskripsi Program

1.      Pengertian Zero Waste

Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Istilah lainnya adalah suatu upaya konservasi sumber daya yang melibatkan produksi, konsumsi, penggunaan kembali, dan pemulihan produk hingga kemasannya. Sederhananya, zero waste adalah suatu gerakan untuk tidak menghasilkan sampah dengan cara mengurangi kebutuhan, menggunakan kembali, mendaur ulang, bahkan membuat kompos sendir Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan melestarikan alam.

2.      Manfaat Zero Waste

a.    Minim sampah

Karena tujuan utama zero waste adalah mengurangi dan mengeliminasi sampah, tentunya manfaat utama yang paling dirasakan adalah produksi sampah menjadi berkurang.

b.    Kamu jadi sehat

 Menerapkan gaya hidup zero waste akan membuat kamu jadi lebih sehat. Kamu tidak lagi mengonsumsi makanan instant dalam kemasan dan beralih ke makanan non kemasan seperti sayuran dan buah. Kamu akan lebih memprioritaskan makanan yang kamu konsumsi dan tidak membeli jajanan makanan ringan dalam kemasan yang tidak perlu.

c.    Hemat

 Karena kamu tidak lagi mengonsumsi makanan instant dalam kemasan yang menghasilkan sampah plastik, kamu akan beralih ke belanja sayuran dan buah di pasar. Gaya belanja kamu akan lebih banyak perhitungan karena sebisa mungkin kamu akan membeli makanan tanpa kemasan, yang lebih banyak didapatkan di pasar tradisional dengan harga yang murah.

3.      Metode Zero Waste

Zero waste sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dijalani. Sebagai permulaan, kita dapat memulainya dari rumah. Contohnya, ketika membersihkan dapur, kita dapat memakai kain sebagai alat bersih-bersih daripada tisu. Dengan demikian, kita sudah mengurangi sampah tisu. Kemudian, ketika berbelanja usahakanlah berbelanja di toko yang berada di sekitar rumah daripada di supermarket besar. Gunakanlah tas belanja yang dibawa sendiri dari rumah ketika berbelanja. Selain menyokong ekonomi lokal, kita juga mengurangi pemakaian plastik yang berbahaya bagi alam. Untuk memaksimalkan hidup yang bebas limbah, SMAN 1 Babakan menerapkan metode zero waste yang terdiri dari 5R, yaitu:

a.       Refuse (menolak)

Menolak penggunaan sampah plastik sekali pakai yang sering digunakan oleh kalangan siswa, yaitu: plastik es, sedotan, dan tempat makan berbahan sterofoam.

b.      Reduce (mengurangi)

Mengurangi pemakaian sampah plastik atau menahan membeli makanan/minuman yang memakai kemasan plastik.

c.       Reuse (menggunakan kembali)

Menggunakan kembali tempat makan/minum berbahan plastik berupa botol tumbler atau tepak makan, serta membawa alat makan berupa sendok dan sedotan berbahan stainlessteel pribadi.

d.      Recycle (mendaur ulang)

Mendaur ulang sampah plastik yang terpakai seperti botol minuman mineral dan kemasan makanan dengan membuat ecobrick. Setiap siswa mempunyai ecobrick masing2 yang dibuat dari sampah plastik yang ia gunakan. Ada penghargaan setiap bulannya bagi siswa yang paling sedikit memakai sampah plastik dari ecobrick yang mereka kumpulkan. Ecobrick yang sudah penuh digunakan untuk menghias taman di depan kelas masing2.

e.       Rot (membusukkan sampah)

Membusukkan sampah organik dengan membuat biopori di berbagai tempat di lingkungan sekolah.

4.      Proses Pembudayaan di Sekolah

a.       Dimulai dengan meminta arahan kepada kepala sekolah perihal program yang akan diterapkan.

b.      Berkonsolidasi dengan rekan sejawat untuk mendukung dan berkontribusi dalam kegiatan.

c.       Memberi pemahaman kepada peserta didik akan pentingnya lingkungan yang sehat serta bebas sampah plastik serta dampaknya bagi lingkungan global.

d.      Bermusyawarah dengan penjaga kantin sekolah tentang strategi dalam penerapan program.

e.       Memasang spanduk atau poster tentang budaya lingkungan yang sehat dan bersih.

f.       Menggerakkan organisasi untuk menjadi pionir program dan pengawasan.

5.      Panduan Penanaman Budaya Positif



a.       Diajarkan

Siswa diajarkan tentang pola hidup bersih dan sehat, serta bagaimana menjaga lingkungan yang bersih dan sehat, diajarkan pula dampak jika melakukan perilaku yang kotor, diajarkan pula untuk mengambil bagian dari pelestarian lingkungan global dimulai dari diri sendiri, teman, keluarga dan terakhir bisa menggerakkan masyarakat.

b.      Dibiasakan

Siswa dibiasakan untuk melakukan pola hidup bersih, membuang sampah ke tempatnya, mengambil sampah yang ditemui, membawa botol minum dan perlengkapan makan sendiri.

c.       Dilatih Konsisten

Mengarahkan jika belum dikerjakan, ditegur dan dinasehati jika melakukan pelanggaran, diberi apresiasi jika sudah melakukan sesuai program.

d.      Menjadi Terbiasa

Muncul sebagai kebiasaan yang tanpa disadari dilakukan secara otomatisasi

e.       Menjadi Karakter

Timbul karakter cinta kebersihan, karakter menjaga lingkungan, dan rasa tidak nyaman jika lingkungan kotor/sampah berserakan.

f.       Menjadi Budaya

Terciptanya komunitas di sekolah yang berbudaya hidup bersih dan cinta lingkungan. Grandesainnya adalah bisa menularkan karakter budaya positif kepada keluarga dan masyarakat.

 

D.    Indeks Keberhasilan Program

Indeks keberhasilan program ini adalah:

1.      Berkurangnya volume sampah.

Berdasar hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas kebersihan volume sampah umum berkurang secara drastis dari yang sebelumnya mencapai 8-10 tempat sampah besar menjadi berkurang setengahnya 4-5 tempat sampah besar (Krisbow Dorong)

2.      Berkurangnya pemakaian sampah plastik sekali pakai

Berdasar hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas kebersihan jenis sampah sebelum peaksanaan program didominasi plastik sekali pakai, tetapi setelah pelaksanaan program jenis sampah terbanyak adalah jenis daun-daunan dan kertas yang mudah terurai.

3.      Muncul kepedulian terhadap lingkungan

Berdasar hasil pengamatan langsung dan survey yang dilakukan kepada seluruh warga sekolah terdapat peningkatan rasa kepedulian terhadap lingkungan ditandai dengan membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah berdasar jenisnya, memungut sampah yang dijumpai di sekitarnya, mengumpulkan sampah plastik dijadikan ecobrick, serta memanfaatkan ecobrick menjadi barang yang tepat guna.

 

E.     Evaluasi Program

Dari pelaksanaan program yang sempat berjalan pada awal tahun 2020 terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang yaitu:

1.      Masih ada beberapa murid yang jajan diluar kantin sekolah dengan memakai plastik sekali pakai sehingga program ini masih terkesan dijalankan di dalam sekolah saja belum menjadi kebiasaan diri, menjadi karakter lalu menjadi budaya.

2.      Terdapat keluhan dari penjaga kantin perihal beberapa anak yang ingin menambah air minum yang dibeli dikarenakan botol tumbler yang mereka bawa berukuran besar, sehingga air isi ulang kantin lebih cepat habis yang pada akhirnya menambah pengeluaran.

 

F.     Rencana Tindak Lanjut

Dari evaluasi program di atas, maka rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah:

1.      Menanamkan kesadaran kepada peserta didik bahwa menjaga lingkungan itu kewajiban kita semua, dan meminimalisir penggunaan sampah plastik sekali pakai adalah cara yang efektif dalam menjaga lingkungan global.

2.      Memberikan pengertian kepada peserta didik untuk membeli minuman sesuai takaran yang ada.

 

G.    Penutup

Tidak sedikit yang pesimis dan sarkastik dengan istilah nol sampah dan menganggap bahwa itu tidak mungkin dilakukan. Mana mungkin manusia hidup di zaman modern seperti ini tidak menghasilkan sampah? Tidak mudah untuk mengaplikasikan gaya hidup nol sampah di tengah infrastruktur dan masyarakat yang belum mendukung. Masih banyak kita temukan makanan dan minuman dengan plastik di pasar atau supermarket.  

Perlu kamu ketahui bahwa gaya hidup zero waste bukan berarti mengkriminalkan barang-barang plastik, barang sekali pakai dan sejenisnya. Konsep zero waste lebih kepada pengendalian diri kita untuk tidak lagi konsumtif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kita menjadi lebih sadar terhadap apa yang kita beli dan konsumsi, dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan.

Karena zero waste adalah gaya hidup, tentunya butuh proses untuk menjalaninya. Lakukan perlahan, tapi pasti dan konsisten. Hal yang bisa kamu lakukan di awal adalah perbanyak literasi, update dengan informasi terkait kondisi lingkungan kita. Kesadaran terhadap dampak untuk lingkungan yang akan didapat dengan kita mengaplikasikan gaya hidup zero waste di kehidupan sehari-hari akan menjadi motivasi untuk menerapkan gaya hidup bebas sampah ini.

Penanaman budaya positif di sekolah memang tidaklah mudah, dibutuhkan komitmen dari setiap warga sekolah untuk bersama-sama mencapai tujuan yang diinginkan. Dukungan dari pimpinan sekolah, rekan guru dan orang tua siswa sangatlah dibutuhkan guna memberikan tenaga tambahan bagi guru dan siswa guna mewujudkan impian bersama. 

H.    Dokumentasi Program

1.      Koordinasi dengan Pimpinan Sekolah



2.      Sosialisasi dengan rekan guru

3.      Sosialisasi dengan penjaga kantin sekolah

4.      Sosialisasi dengan siswa

     
     
        5.   Sosialisasi dengan OSIS dan Pengurus Ekskul


       6.      Lingkungan sekolah yang bersih


        7.      Media pembudayaan positif


        8.      Pembuatan Biopori


         9. Pembuatan dan pemanfaatan Ecobrick


10.  Video deklarasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  ZERO WASTE IS POSSIBLE (Sebuah langkah kecil SMAN 1 Babakan Kab. Cirebon dalam mendukung kelestarian lingkungan)   A.     Latar Bela...